Waktu-waktu yang disunnahkan untuk Bersiwak
Hikmah Dibalik Bersiwak
Kisah Oraag yang Mengejek Siwak Baca selanjutnya
Siwak Dan Keutamaanya
Pengertian Siwak
Siwak jika di kasrah huruf sin-nya maka bermakna suatu kayu yang dipakai untuk menggosok gigi (Taisirul ‘Allam, hal. 39)
Siwak adalah suatu perkara yang disyari’atkan, yaitu dengan menggunakan batang atau semisalnya, yang dipakai untuk membersihkan gigi dan gusi dari kekuning-kuningan dan bau (Al-Mulakhkhas Al-Fiqhiy, hal. 29).
Syari’at Siwak
Bersiwak adalah termasuk dari bagian dari sunnah para Rasul, sebagaimana hadits dari Abu Ayyub –Radhiyallahu ‘anhu- :
“Ada empat hal yang termasuk dari sunnah para Rasul; Memakai minyak wangi, menikah, bersiwak dan malu.” (HR. Ahmad; 23470 dan Tirmidzi: 1081, Abu Isa berkata derajat hadits ini hasan gharib).
Asy-Syaikh DR. Shalih Fauzan hafidzahullah berkata: “Orang yang pertama kali bersiwak adalah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa bersiwak dapat membersihkan mulut, yakni membersihkan dari hal-hal yang tidak disukai, (bersiwak) juga sebagai penyebab datangnya ridha Allah, yakni menjadikan Allah subhanahu wa ta’ala menjadi ridha. Dalam anjuran mengamalkannya telah terdapat lebih dari seratus hadits. semuanya menunjukkan bahwa bersiwak adalah sunnah muakkadah. syariat telah menganjurkan dan menghimbau untuk diamalkan.
Siwak memiliki beberapa faedah yang sangat besar, diantaranya yang paling besar adalah yang telah dianjurkan oleh hadits :
ــ السواك مطهرة للفم مرضاة للرب .
“Siwak itu pembersih mulut dan diridhai Allah.” (HR. Ahmad. Dishahihkan Syaikh Al Albany di Shahihil Jami’ no. hadits 3695. ed.)
” Bersiwak adalah dengan menggunakan batang yang lembut dari pohon arok, zaitun, urjun atau yang semisalnya yang tidak menyakiti atau melukai mulut.” (Al-Mulakhkhas Al-Fiqhiy, hal. 30).
Baca juga : Islam dan Kesehatan Gigi
Waktu-waktu Disunnahkannya Bersiwak
Asy-Syaikh DR. Shalih Fauzan berkata: “Bersiwak disunnahkan disetiap saat, bahkan sekalipun yang berpuasa disepanjang harinya, demikianlah pendapat yang benar. dan menjadi sunnah muakadah pada waktu tertentu.” (Al-Mulakhkhas Al-Fiqhiy, hal. 30)
Adapun waktu-waktu yang disunnahkan secara muakkad untuk bersiwak diantaranya:
1) Setiap akan Berwudhu
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, Beliau bersabda:
لولا أن أشق على أمتي لأمرتهم بالسواك عند كل وضوء .
“Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan wudhu.” (HR. Malik (1/66) Al Baihaqi (1/35), Ibnu Huzaimah (1/73) Dishahihkan Syaikh Al Albany di Shahihil Jami’ (5317), shahihut Targhib (201), Al Irwa’ (1/109. ed.).
Asy-Syaikh DR. Shalih Fauzan berkata: “Hadits ini menunjukkan dengan tegas bahwa bersiwak adalah sunnah pada setiap akan berwudhu. Hal itu dilakukan ketika sedang
berkumur-kumur karena hal itu akan membantu mengharumkan dan membersihkan mulut.” (Al-Mulakhkhas Al-Fiqhiy, hal. 30).
Faedah dari hadits (ke-1 dan ke-2) diatas diantaranya adalah: “Keutamaan wudhu dan shalat jika sebelumnya bersiwak terlebih dahulu.” (Lihat Taisirul ‘Allam)
2) Setiap akan melakukan shalat.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, Beliau bersabda:
لولا أن أشق على أمتي لأمرتهم بالسواك عند كل صلاة .
“Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan shalat.” (HR. Bukhari (2/374/887), Muslim (1/220/252) dan Tirmidzi (1/18/22) lihat Shahihul jami’ No. Hadits 5315. ed.)
Hikmah disunnahkannya bersiwak ketika akan shalat:
Ibnu Daqiqil ‘Ied rahimahullah berkata: “Rahasia permasalahan (bersiwak setiap akan shalat) ini adalah:
a). Perintah supaya beramal sebaik mungkin tatkala beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
b). Dan dikatakan: (Karena) permasalahan ini berhubungan dengan para malaikat, sebab malaikat merasa terganggu dengan bau yang tidak sedap (yang berasal dari gigi dan mulut).
Maka Imam Ash-Shan’ani –rahimahullah- berkata:
“Rahasia permasalahan ini mencakup dua perkara yang telah disebutkan, sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim dari Jabir radhiyallahu ‘anhu:
من أكل الثوم و البصل و الكراث فلا يقربنا في مساجدنا فإن الملائكة تتأذى مما يتأذى منه بنو آدم .
“Barangsiapa yang memakan bawang putih, bawang merah atau jengkol, maka sekali-kali jangan mendekati masjid kami, karena para malaikat terganggu dengan apa-apa yang manusia terganggu dengannya.” (Lihat Taisirul ‘Allam, hal. 40)
3) Setiap Bangun Tidur
Dari Hudzaifah Ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Jika Rasulullah Shallallahu ‘aihi wa sallam bangun malam, beliau menggosok (membersihkan) mulutnya dengan siwak.” (HR. Bukhari; 245 dan Muslim; 46).
Asy-Syaikh DR. Shalih Fauzan berkata: “Siwak juga menjadi sunnah muakadah ketika seseorang bangun dari tidur di malam atau siang hari. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika bangun tidur dimalam hari, beliau menggosok mulutnya dengan siwak. hal itu dikarenakan bersamaan dengan proses tidur, maka berubahlah bau mulut, yang disebabkan peningkatan gas dalam lambung.‘ (Al-Mulakhkhas Al-Fiqhiy, hal. 30)
Hikmah disunnahkannya bersiwak ketika bangun tidur.
Asy-Syaikh Abdullah Alu bassam berkata: “Termasuk tanda kecintaan Nabi Shallallahu ‘aihi wa sallam kepada kebersihan dan ketidak sukaannya terhadap bau tidak enak, tatkala bangun dari tidur malam yang panjang, yang mana saat itu di mungkinkan bau mulut sudah berubah, maka beliau menggosok giginya dengan siwak untuk menghilangkan bau tidak sedap, dan untuk menambah semangat setelah bangun tidur, karena termasuk kelebihan siwak adalah menambah daya ingat dan semangat.” (Taisirul ‘Allam, hal.41).
4). Setiap akan Masuk Rumah
Dari Miqdam bin Syuraih dari ayahnya (Syuraih), ia berkata: “Saya bertanya kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha: Dengan apa Rasulullah Shallallahu ‘aihi wa sallam memulai ketika masuk ke rumahnya ? Aisyah menjawab: “Dengan siwak“. (HR. Muslim dalam kitab Thaharah).
5). Ketika hendak membaca Al Qur’an
Dari Ali Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu berkata : Rasulullah memerintahkan kami bersiwak, sesungguhnya seorang hamba apabila berdiri sholat malaikat mendatanginya kemudian berdiri dibelakangnya mendengar bacaan Al Qur’an dan ia mendekat. Maka ia terus mendengar dan mendekat sampai ia meletakkan mulutnya diatas mulut hamba itu, sehingga tidaklah dia membaca satu ayatpun kecuali berada dirongganya malaikat” (HR. Al Baihaqy dan Ad Dhiya’. Lihat Sislsilah Al Ahadits As Shahihah (1213) ed.)
Sifat Bersiwak.
Asy-Syaikh DR. Shalih Fauzan berkata: “Menggosokkan (bersiwak) diatas gusi dan gigi, dimulai dari sebelah kanan menuju sebelah kiri, siwak dipegang dengan tangan kiri.” (Al-Mulakhkhas Al-Fiqhiy, hal. 30)
Hikmah Bersiwak Menurut pandangan Ilmu Pengetahuan Siwak dapat menjaga kebersihan gigi dan mulut dan mencegah parasit (Entamoeba Ginggivalis dan trichomonas) yang merupakan sebab munculnya bau tidak sedap pada mulut.
Parasit ini habitat (tempat hidupnya) dirongga mulut tepatnya pada gigi yang berlubang. jika mulut dan gigi kebersihannya terjaga maka parasit ini tidak dapat survive (alias mati). Parasit ini cara pencegahannya adalah dengan menjaga hygene (kebersihan mulut). Maka disini berlakulah kaidah “Mencegah itu lebih baik dari pada mengobati”. Wallahu a’lam wa ahkam, Wabillahit-taufiq.
Ii. Kisah Orang Yang Mengejek Siwak
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Wushobiy hafidzahullah berkata: “Telah disebutkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah didalam Al-Bidayah wan Nihayah tentang kejadian-kejadian pada tahun 665, beliau rahimahullah berkata Asy-Syaikh Qathbuddin Al-Yunani berkata: “Telah sampai kepada kami bahwasanya seorang laki-laki yang dipanggil dengan Abu Salamah dari daerah Bushra, dia suka bercanda dan berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Disebutkan disisinya tentang siwak dan keutamaannya, maka dia berkata: “Demi Allah, aku tidak akan bersiwak kecuali di dubur, kemudian dia mengambil sebatang siwak dan memasukkannya keduburnya kemudian dikeluarkan kembali.”
Berkata Qathbuddin Al-Yunani: “Setelah melakukan perbuatan tersebut, ia tinggal selama sembilan bulan dalam keadaan mengeluh sakit perut dan dubur. Berkata Qathbuddin Al-Yunani: “Lalu ia melahirkan anak seperti tikus yang pendek dan besar, memiliki empat kaki, kepalanya seperti kepala ikan, memiliki empat taring yang menonjol, panjang ekornya satu jengkal empat jari dan duburnya seperti dubur kelinci. Ketika lelaki itu melahirkannya, hewan tersebut menjerit tiga kali, maka bangkitlah putrinya laki-laki tadi dan memecahkan kepalanya sehingga matilah hewan tersebut. Laki-laki itu hidup setelah melahirkan selama dua hari, dan meninggal pada hari yang ketiga. Dan ia sebelum meninggal berkata “Hewan itu telah membunuhku dan merobek-robek ususku.” Sungguh kejadian tersebut telah disaksikan oleh sekelompok penduduk daerah tersebut dan para khotib tempat tersebut. diantara mereka ada yang menyaksikan hewan itu ketika masih hidup dan ada pula yang menyaksikan ketika hewan itu sudah mati.” (Al-Qaulul Mufid, hal. 106-107).
Semoga dengan kisah tersebut menjadikan kita sebagai orang-orang yang mudah dan menerima As-Sunnah dan menjauhkan kita dari sifat meremehkan dan menentang As-Sunnah.
Sungguh Allah telah memberikan peringatan bagi kita:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (63)
“…..maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi ajaran Rasul takut ditimpa fitnah atau ditimpa azab yang pedih.” (An-Nuur: 63).
Disusun oleh hamba Allah yang faqir atas ampunan Rabb-nya.
Abul Abbas Khadhir As-Seramy
Maraji’:
Umdatul Ahkaam min Kalaam Khoiril Anaam, Al-Hafidz Abdul Ghani Al-Maqdisiy. Dar Ibnu Khuzaimah, 1420H-1999M.
Umdatul Ahkaam Al-Kubra, Al-Hafidz Abdul Ghani Al-Maqdisiy.
Taisirul ‘Allam Syarh ‘Umdatul Ahkaam, Syaikh Abdullah Alu bassam, Dar Al-‘Aqidah. 1422H-2002M
Al-Mulakhkhas Al-Fiqhiy, Asy-Syaikh DR. Shalih Fauzan, Dar Al-‘Aqidah. 1424H-2003M
Al-Qaulul Mufiid fii Adillatit Tauhid, Asy-Syaikh Muhammad Abdul Wahhab Al-Wushobiy. Dar Ibnu Hazm, 1427H-2006.
إرسال تعليق